Rabu, 06 April 2016

Filled Under:

Anwar Sadat : Tokoh Perdamaian Mesir-Israel


Apakah kalian tahu siapa itu Anwar Sadat? mungkin kebanyakan orang kurang mengetahui siapa itu Anwar Sadat. Namun dibalik ketidaktahuan sebagian orang tentang Anwar Sadat, terdapat peristiwa historis di negara-negara timur tengah dimana salah satu negara di timur tengah telah mau berdamai dengan musuh utama mereka yaitu Israel. Negara tersebut adalah Mesir yang pada saat itu dipimpin oleh Anwar Sadat.

Anwar Sadat merupakan salah satu tokoh revoulisoner Mesir yang berlatar belalang militer. Beliau bersama-sama dengan Gamal Abdul Nasser termasuk dalam Free Officer Commite atau anggota perwira bebas dimana golongana atau organisasi ini bergerak untuk menggulingakan pemerintahan monarki di Mesir yang pada saat itu masih dipimpin oleh Raja Farouk. Ia dan teman-temannya pun berhasil menggulingkan pemerintahan monarki pada tahun 1952. 

Kemudian setelah berhasil menggulingkan pemerintahan, Anwar Sadat pun berhasil menduduki jabatan-jabatan penting di Negara Mesir diantaranya sebagai  menteri Penerangan (1954-1956), sekertaris jenderal partai politik yang berkuasa dan memimpin dewan nasional (1959-1968), wakil presiden (1964-1969), dan terakhir menjabat sebagai presiden Mesir setelah wafatnya Gamal Abdul Nasser (1970-1981).

Telah banyak kontribusi yang dilakukan oleh Anwar Sadat bagi mesir, walaupun selama kepemimpinannya banyak sekali yang kontra dengan kebijakan-kebijakan Anwar Sadat. di awal kepemimpinannya sebagai Presiden Mesir, Sadat berhasil mengubah ideologi Mesir dari sosialis menjadi demokrasi. tahun 1973, Mesir berusaha merebut kembali wilayah mereka yaitu semenanjung Sinai yang direbut Israel pada perang Arab-Israel 1967 melalui peperangan yang kita kenal dengan Perang Ramadhan, Perang Yom Kippur atau Perang Oktober. 

Ketika awal peperangan terjadi, Anwar Sadat berhasil menembus benteng kuat Israel yaitu benteng Barlev, namun setelah keberhasilan itu pasukan Mesir mengalami kekalahan di akhir peperangan karena pasukan Israel memiliki senjata yang lebih canggih dibanding Mesir. Kebijakan selanjutnya, Sadat melakukan kebijakan di bidang ekonomi yaitu Infitah atau kebijakan pintu terbuka. 

Kebijakan ini dilakukan karena setelah Mesir mengalami kekalahan dalam perang Ramadhan, tentu perekonomian Mesir menjadi semakin terpuruk. Maka dari itu Sadat beranggapan bahwa dengan kebijakan infitah ini, perekonomian Mesir akan lebih baik. Namun prediksi Sadat mengenai infitah ini mendapat pertentangan dari masyarakat karena ternyata di lapangan justru dengan adanya kebijakan infitah ini, rakyat Mesir menjadi semakin miskin, budaya Barat semakin menginvasi budaya Mesir yang notabene budaya Arab.

Masyarakat Mesir semakin menjadi tatkala Anwar Sadat memenuhi undangan Perdana Menteri Israel Menachen Begin untuk datang ke Yerussalem dalam rangka membicarakan perdamaian antara Mesir dan Israel tahun 1977. Tentu hal ini membuat negara-negara di Timur Tengah menjadi marah terhadap sikap Anwar Sadat ini, namun Anwar Sadat memiliki pandangannya sendiri mengenai perdamaian ini.

Perdamaian pun terjadi pada tahun 1979 di Camp David atas prakarsa Henry Kissinger dan Presiden Amerika Serikat yaitu Jimmy Carter. Atas usaha-usaha perdamaiannya Sadat dan Begin memperoleh hadiah Novel perdamaiann 1978. 
Hal inilah yang membuat masyarakat Mesir murka terhadap Anwar Sadat, tahun 1981 ketika sedang melakukan parade militer, Anwar Sadat ditembak oleh kelompok garis keras Ikhwanul Muslimin atas kebijakan-kebijakannya yang sangat merugikan masyarakat Mesir.

(mlk)


0 komentar:

Posting Komentar