Rabu, 23 Maret 2016

Filled Under: ,

Lautan Sopir Taksi Meminta Penutupan Angkutan Umum Berbasis Online

Dok. Aksi sweeping sopir taksi

Sopir taksi melakukan demonstrasi meminta penutupan angkutan umum berbasis aplikasi online yang menggunakan mobil berpelat hitam. Demonstrasi pada Selasa (22/03/2016) ini merupakan lanjutan dari aksi sebelumnya yang berujung dengan ricuh.

Sopir taksi menilai operasional kendaraan berbasis aplikasi online dan berplat hitam, melanggar Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Angkutan Jalan. Demonstrasi berlangsung di sejumlah titik, yaitu di depan Gedung DPR, Istana Merdeka, Kementerian Komunikasi, Informatika dan Balai Kota Jakarta.

Aksi pembakaran ban dan sweeping berdampak terhadap penelantaran para penumpang dan pemberhentian paksa sopir-sopir  taksi yang tengah beroperasi untuk ikut bergabung. Bahkan beberapa dari sopir taksi yang melakukan aksi sweeping armada taksi merusak kaca mobil.

Permasalahan menjadi semakin keruh dengan terjadinya bentrok antara supir taksi dan pengemudi Go-jek. Bukan hanya itu, Metro Mini dan Kopaja terkena serangan puluhan sopir taksi yangsedang berdemonstrasi.

Dilansir dari Dream.co.id, Serombongan driver Go-Jek terlibat bentrok dengan para sopir taksi konvensional. Bentrokan terjadi di beberapa ruas jalan protokol di Ibukota seperti di Jalan Gatot Subroto depan Gedung Telkom, Jalan Sudirman perempatan Karet, serta di depan Gedung TVRI Senayan.

Bentrokan dipicu aksi sweeping sopir taksi yang berdemo yang dibarengi pemukulan kepada para driver Go-Jek. Sejumlah driver mengalami luka akibat pemukulan tersebut.

Bukan hanya taksi, ratusan angkot merah dan bajaj mengikuti konvoi menuju Monumen Nasional (Monas). Dari depan kaca terdapat tulisan 'Aksi Simpatik Menolak Angkutan Ilegal'. Ribuan taksi yang ditempeli stiker "Tolak Transportasi Ilegal" terparkir di sepanjang Jalan Gatot Subroto, memenuhi 4 jalur sehingga terjadi kemacetan dimana-mana.

Dilansir dari liputan6.om, Wakil Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Valentino menyatakan, aksi blokir jalan tersebut mengingkari kesepakatan koordinator unjuk rasa pihak demonstran dengan kepolisian.

Menurut Valentino, saat rapat koordinasi aksi unjuk rasa pada Selasa dini hari, koordinator lapangan menyatakan tak akan menutup jalan. Namun, kenyataannya menutup jalan di Semanggi, di sekitar HI. Sopir taksi kembali kecewa, Kementerian Informasi dan Komunikasi (Kemenkominfo)menyatakan bahwa transportasi dengan berbasis online tidak bisa di tutup.

Menanggapi aksi dari sopir taksi, pihak Grab Indonesia menytakan bahwa pihaknya merupakan perusahaan teknologi, yang menghubungkan pengemudi dan penumpang, bukan sebagai operator layanan transportasi yang punya kendaraan.

Taksi sudah menjadi konsumsi utama bagi masyarakat perkotaan. Alasan banyak yang menggunakan taksi berbasis online, mungkin karena masyarakat tidak ingin repot karena sulitnya menghubungi jaringan telepon pemesanan taksi. Bahkan, masalah mendapatkan taksi kadang harus berebutan dengan calon penumpang lainnya.

0 komentar:

Posting Komentar